A.
Definisi
Arti dari “syndrome” itu adalah kumpulan gejala. “Power” adalah kekuasaan.
Jadi, terjemahan dari post power syndrome kira-kira adalah gejala-gejala pasca
kekuasaan. Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai
kekuasaan atau menjabat satu jabatan, namun ketika sudah tidak menjabat lagi,
seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil.
Gejala-gejala itu biasanya bersifat negatif, itulah yang diartikan post power
syndrome.
Post power syndrome adalah gejala yang terjadi dimana ‘penderita’ hidup
dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (entah jabatannya atau karirnya,
kecerdasannya, kepemimpinannya atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa
memandang realita yang ada saat ini.
Post power sindrome adalah gejala kejiwaan yang kurang stabil yang muncul
tatkala seseorang turun dari kekuasaan atau jabatan tinggi yang dimilikinya
sebelumnya.
Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi dimana penderita hidup
dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,
ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa
memandang realita yang ada saat ini. post power syndrom merupakan
sekumpulan gejala yang muncul ketika
seseorang tidak lagi menduduki posisi sosial yang biasanya dalam institusi
tertentu.
B. Faktor penyebab post power syndrome
1.
Faktor
eksternal
Kejadian traumatik merupakan
penyebab terjadinya post power syndrome, bila seseorang tidak mampu menerima
keadaan yang dialaminya, maka seseorang akan menderita post power.
Pensiun dini dan PHK adalah salah
satu faktor tersebut. Bila orang yang mendapatkan pensiun dini tidak bisa
menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya
dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan,
post-power syndrome akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila ternyata usianya
sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika melamar ke perusahaan
lain, post-power syndrome yang menyerangnya akan semakin parah. Kejadian
traumatik juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya post-power
syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang
menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima keadaan
yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika terus
berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan dideritanya.
Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia
dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui
fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang.
Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu menerima
kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus mendesak, dan
dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko terjadinya
post-power syndrome yang berat semakin besar. Beberapa kasus post-power
syndrome yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir
rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada
pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan
beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.
2.
Faktor Internal
a.
Kehilangan
harga diri karena dengan hilangnya jabatan seseorang merasa kehilangan perasaan
memiliki atau dimiliki, artinya dengan jabatan seseorang akan menjadi bagian
penting dari institusi, sehingga juga merasa dimiliki oleh institusi dengan
jabatan pula seseorang merasa lebih yakin diri, karena diakui kemampuanya.
Kecuali itu orang tersebut juga merasa puas akan kepemilikan kekuasaan yang
terkait dengan jabatan yang ia emban.
b.
Kehilangan
latar belakang kelompok eksklusif, misalnya kelompok manager, kelompok kepala
seksi, dan lain – lain yang memberikan perasaan kebanggaan tersendiri.
c.
Kehilangan
perasaan berarti dalam satu kelompok tertentu. Jabatan memberikan perasaan
berarti yang menunjang peningkatan kepercayaan diri seseorang.
d.
Kehilangan
orientasi kerja. Dengan jabatan yang jelas, maka seseorang memiliki kerangka
pelaksanaan tugas yang jelas dan powerful, yang berpengaruh terhadap kontak
sosial pula.
e.
Kehilangan sebagian sumber penghasilan yang
terkait dengan jabatan yang dipegang.
Penyebab faktor internal tersebut tentu saja akan mengakibatkan
berkembangnya reaksi frustasi yang akan mengembangkan sekumpulan gejala
psikofisiksosial yang antara lain ditandai oleh sensitif secara emosional
seperti cepat marah, cepat tersinggung, uring – uringan tanpa sebab yang jelas,
gelisah dan diliputi kecemasan berlanjut. Penderita Post Power Syndrome juga
bisa mendadak menjadi agresif dengan peningkatan intensitas aktifitas yang
tidak terkendali demi tercapainya pengakuan akan eksistensi diri dari
lingkungan dimana orang tersebut berada. Kondisi psikis yang sedemikian
tegangnya akan berpengaruh terhadap ketegangan serta gangguan fungsi syaraf
otonom yang berpengaruh pada gangguan fisiologis berupa gangguan metabolisme
tubuh, sehingga penyertaan reaksi somatisasi berupa aneka keluhan fisik pun
tidak terhindarkan. Biasanya iklim relasi dalam keluarga pun menjadi terganggu
karena kecenderungan orang penderita post power syndrome menjadikan keluarga
sebagai ajang pelampiasaan kekuatan – kekuatan terdahulu terhadap anak buah
saat memangku jabatan. Penderita power syndrome biasanya akan menjadi otoriter,
dominan, dan sulit diajak kompromi dalam relasi dengan anggota keluarga,
sehingga sering meluncur bentakan, makian, serta kemarahan tanpa kendali yang
ditunjukan kepada anggota keluarga bila merasa tidak dipatuhi.
C. Tipe kepribadian yang rentan terhadap
post power syndrome
1. Seseorang
yang pada dasarnya memiliki kepribadian yang ditandai kekurang tangguhan mental
sehingga jabatan tanpa disadarinya menjadi pegangan, penunjang bagi ketidak
tangguhan fungsi kepribadian secara menyeluruh.
2. Seseorang
yang pada dasarnya sangat terpaku pada orientasi kerja dan menganggap pekerjaan
sebagai satu – satunya kegiatan yang dinikmati dan seolah menjadi “ istri
pertama “ nya. Orang seperti ini akan sangat mengabaikan pemanfaatan masa cuti
dengan cara kerja, kerja dan kerja terus.
3. seseorang
yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang permintaannya selalu
dituruti, yang suka dilayani orang lain.
4. seseorang
yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga diri, jadi
kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain.
5. seseorang yang menaruh arti hidupnya pada
prestise jabatan dan pada kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk
berkuasa terhadap orang lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu
segala-galanya atau merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.
D.
Gejala post
power syndrome
1. Gejala fisik, misalnya menjadi
jauh lebih cepat terlihat tua tampaknya dibandingkan waktu ia bekerja.
Rambutnya didominasi warna putih (uban), berkeriput, dan menjadipemurung,
sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah
2. Gejala emosi, misalnya cepat
tersinggung kemudian merasa tidak berharga, ingin menarik diri dari lingkungan
pergaulan, ingin bersembunyi, dan sebagainya.
3. Gejala perilaku, misalnya malu
bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola kekerasan atau menunjukkan
kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain.
E.
Fase penyesuaian diri pada saat pensiun
Penyesuaian diri pada
saat pensiun merupakan saat yang sulit, dan terdapat tiga
fase proses pensiun:
1.
Preretirement
phase (fase pra pensiun)
Fase
ini bisa dibagi pada 2 bagian lagi yaitu r em ote dannear . Pada r em ote
phase,
masa pensiun masih dipandang sebagai suatu masa yang jauh.
Biasanya fase ini
dimulai pada saat orang tersebut pertama kali mendapat pekerjaan dan masa ini berakhir ketika orang
terebut mulai mendekati masa pensiun. Sedangkan pada near phase, biasanya orang
mulai sadar bahwa mereka akan segera memasuki masa pensiun dan hal ini
membutuhkan penyesuaian diri yang baik. Ada beberapa perusahaan yang mulai
memberikan program persiapan masa pensiun.
2.
Retirement phase (fase pensiun)
Masa pensiun ini sendiri terbagi
dalam 4 fase besar, dan dimulai dengan tahapan pertama yakni honeymoon phase.
Periode ini biasanya terjadi tidak lama setelah orang memasuki masa pensiun.
Sesuai dengan istilah honeymoon (bulan madu), maka perasaan yang muncul ketika
memasuki fase ini adalah perasaan gembira karena bebas dari pekerjaan dan
rutinitas. Biasanya orang mulai mencari kegiatan pengganti lain seperti
mengembangkan hobi.
Kegiatan inipun tergantung pada
kesehatan, keuangan, gaya hidup dan situasi keluarga. Lamanya fase ini tergantung
pada kemampuan seseorang. Orang yang selama masa kegiatan aktifnya bekerja dan
gaya hidupnya tidak bertumpu pada pekerjaan, biasanya akan mampu menyesuaikan
diri dan mengembangkan kegiatan lain yang juga menyenangkan. Setelah fase ini
berakhir maka akan masuk pada fase kedua yakni disenchatment phase. Pada fase
ini pensiunan mulai merasa depresi, merasa kosong. Untuk beberapa orang pada
fase ini, ada rasa kehilangan baik itu kehilangan kekuasaan,
martabat, status, penghasilan, teman kerja,
aturan tertentu. Pensiunan yang terpukul pada fase ini akan memasuki
reorientation phase, yaitu fase dimana seseorang mulai mengembangkan pandangan
yang lebih realistik mengenai alternatif hidup. Mereka mulai mencari aktivitas
baru. Setelah mencapai tahapan ini, para pensiunan akan masuk pada stability
phase yaitu fase dimana mereka mulai mengembangkan suatu set kriteria mengenai
pemilihan aktivitas, dimana mereka merasa dapat hidup tentram dengan
pilihannya.
3.
End of retirement (fase pasca masa pensiun)
Biasanya fase ini ditandai dengan
penyakit yang mulai menggerogoti seseorang, ketidak-mampuan dalam mengurus diri
sendiri dan keuangan yang sangat merosot. Peran saat seorang pensiun digantikan
dengan peran orang sakit yang membutuhkan orang lain untuk tempat bergantung.
F. Cara Penanganan pada penderita post power
syndrome
1. Cara penanganan eksternal
a. Dukungan dan pengertian dari
orang-orang tercinta sangat membantu penderita. Bila penderita melihat bahwa
orang-orang yang dicintainya memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya,
atau ketidakmampuaanya mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya
dan lebih mampu berfikir secara dingin. Hal itu akan mengembalikan kreatifitas
dan produktifitasnya, meskipun tidak sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya
jika keluarga malah mengejek dan selalu menyindirnya, menggerutu, bahkan
mengolok-oloknya.
b. Disamping itu, dukungan
lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang
sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-power syndrome ini. Seseorang
yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu
melewati fase ini disbanding dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.
c. Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan
aktualisasi diri yang baru, hal itu sangat menolong baginya. Misalnya seorang
manajer terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang
dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan terhindar dari resiko post-power
syndrome.
2. Cara penanganan internal
a. Sejak menerima jabatan,
seseorang tetap menjaga jarak emosional yang wajar antara diri dan jabatan
tersebut, artinya memang karier setinggi mungkin tetap harus kita jangkau dan
menjadi cita – cita demi kepuasan batin, namun bila karier telah dicapai
melalui kesempatan menduduki jabatan tertinggi, tempatkanlah jabatan
tersebut dalam posisi wajar.
b. Cadangkanlah sisa energi psikis bagi alternatife fokus lain. Dengan
demikian bila setatus formal dalam bentuk jabatan hilang, masih ada focus lain
bagi penyaluran energi psikis yang sehat.
c. Tanamkanlah dlam diri bahwa jabatan hanya bersifat sementara.
Memang dalam pelaksanaan jabatan diperlukan sikap serius dan sungguh – sungguh,
namun tetap sadarilah bahwa sifat sementara dalam menjabat tetap berlaku. Tidak
ada jabatan yang dapat diemban seumur hidup. Pasti akan tiba saatnya
beristirahat dan menikmati masa istirahat tersebut dengan cara yang sehat baik
mental maupun fisik.
G. Usaha –usaha untuk melindungi diri dari ancaman
post power syndrom
1. Usaha
– usaha yang bersifat preventif adalah suatu usaha yang dilakukan dengan
mengembangakan sikap dan kebiasaan hidu yang positf baik dalam menjalankan
tugas – tugas hidup sehari – hari maupun dalam bergaul dengan orang lain. Dengan sikap dan kebiasaan hidup
positif yang sama manusia juga dapat
mempertahankan bahkan meningkatkan kebahagiaannya.
2. Usaha
yang bersifat perseveratif atau developmental adalah suatu usaha yang dilakukan
dengan cara selalu membuka diri terhadap kesempatan dan ajakan untuk semakin
tumbuh dan berkembang. Jika terpaksa terjerumus ke dalam gangguan tertentu , ia
harus cukup terbuka untuk meminta dan menerima pertolongan dari orang lain yang
mampu menunjukannya jalan untuk keluar dari penderitaannya .
3. Usaha yang bersifat kuratif adalah suatu usaha
dimana kita harus selalu bersikap positif dan gembira menghadapi aneka
tantangan hidup besar maupun kecil,berat maupun ringan.
H.
Fungsi
keluarga dalam postpower syndrome
Keluarga mempunyai pengaruh yang
paling besar ketika terjadinya Post Power Syndrome yang terjadi pada seseorang,
berikut ini merupakan alasan mengapa unit keluarga harus menjadi fokus sentral
dari perawatan pada seseorang yang menderita Post Power Syndrome..
1.
Dalam unit
keluarga, disfungsi apa saja yang mempengaruhi satu atau lebih anggota
keluarga, dan dalam hal tertentu, seringkali akan mempengaruhi anggota keluarga
yang lain dan unit ini secara keseluruhan.
2.
Ada semacam
hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya, bahwa peran
dari keluarga sangta penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota
keluarga secara individu, mulai dari strategi- strategi hingga fase
rehabilitasi.
3.
Dapat mengangkat derajat kesehatan keluarga secara
menyeluruh, yang mana secara tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari
setiap anggota keluarga.
4.
Dapat menemukan faktor – faktor resiko.
5.
Seseorang dapat mencapai sesuatu pemahaman yang lebih
jelas terhadap individu – individu dan berfungsinya mereka bila individu –
individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.
6.
Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang
vital bagi individu-individu, sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai
dan disatukan kedalam perencanaan tindakan bagi individu-individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar