2.1 PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan
(growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian
tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian.
Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi
badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu.
Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan.
Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan
secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial
maupun spiritual ( Supartini, 2000).
Perkembangan
(development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang
melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran
(learning). Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan
berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi
perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik,
intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah
dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan intelektual ditunjukan
dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti berbicara, bermain,
berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari perilaku sosial lingkungan
anak.
2.2
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TUMBUH KEMBANG
Setiap
manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda antara satu
dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung pada
individu dan lingkungannya. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor di antaranya :
a.
Faktor heriditer/ genetik
Faktor
heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang
terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin
bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara
kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).
Merupakan
faktor keturunan secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor ini tidak
dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa karkteristik
seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik, dan beberapa keunikan sifat
dan sikap tubuh seperti temperamen.
Faktor
ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam pembelahan
sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang berkualitas hendaknya
dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif agar memperoleh hasil yang
optimal.
b.
Faktor Lingkungan/ eksternal
Lingkungan
merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari mulai lahir sampai
akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau tidak potensi yang
sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan genetiknya. Faktor
lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :
¨
Lingkungan pranatal (faktor
lingkungan ketika masihdalam kandungan)
Faktor prenatal yang
berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau
zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas, dan anoksia embrio.
¨
Lingkungan postnatal (
lingkungan setelah kelahiran )
Lingkungan
postnatal dapat di golongkan menjadi :
·
Lingkungan biologis, meliputi
ras, jenis kelamin, gizi, perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi
metabolisme.
·
Lingkungan fisik, meliputi
sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan radiasi.
·
Lingkungan psikososial,
meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman sebaya, stress, sekolah, cinta
kasih, interaksi anak dengan orang tua.
·
Lingkungan keluarga dan adat
istiadat, meliputi pekerjaan atau pendapatan keluarga, pendidikan orang tua,
stabilitas rumah tangga, kepribadian orang tua.
c.
Faktor Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh
pada tumbuh kembang anak. Anak yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan
status sosial yang tinggi cenderung lebih dapat tercukupi kebutuhan gizinya
dibandingkan dengan anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi yang
rendah.
d.
Faktor nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen penting
dalam menunjang kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang,
anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral,
vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh
kembang selanjutnya dapat terhambat.
e.
Faktor kesehatan
Status kesehatan
dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak dengan kondisi
tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat mudah. Namun
sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan terjadi
perlambatan.
2.3
CIRI PROSES TUMBUH KEMBANG
Menurut
Soetjiningsih, tumbuh kembang anak
dimulai dari masa konsepsi sampai dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu :
Ø Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai
maturitas (dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor bawaan daan lingkungan.
Ø Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam
proses tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda.
Ø Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda
antara anak satu dengan lainnya.
Ø Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap organ.
Secara garis besar menurut Markum (1994) tumbuh kembang
dibagi menjadi 3 yaitu:
a.
Tumbuh kembang fisis
Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan
dalam ukuran besar dan fungsi organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi
dari fungsi tingkat molekuler yang sederhana seperti aktifasi enzim terhadap
diferensi sel, sampai kepada proses metabolisme yang kompleks dan perubahan
bentuk fisik di masa pubertas.
b.
Tumbuh kembang intelektual
Tumbuh kembang intelektual berkaitan
dengan kepandaian berkomunikasi dan kemampuan menangani materi yang bersifat
abstrak dan simbolik, seperti bermain, berbicara, berhitung, atau membaca.
c.
Tumbuh kembang emosional
Proses tumbuh kembang emosional bergantung
pada kemampuan bayi umtuk membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta
kasih.
Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2005) yaitu:
Perkembangan merupakan hal yang
teratur dan mengikuti arah rangkaian tertentu
Perkembangan adalah suatu yang
terarah dan berlangsung terus menerus, dalam pola sebagai berikut Cephalocaudal
yaitu pertumbuhan berlangsung terus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh,
Proximodistal yaitu perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat
(proksimal) tubuh kearah luar tubuh (distal), Differentiation yaitu
perkembangan berlangsung terus dari yang mudah kearah yang lebih kompleks.
Perkembangan merupakan hal yang kompleks,
dapat diprediksi, terjadi dengan pola yang konsisiten dan kronologis.
2.4 TAHAP-TAHAP TUMBUH
KEMBANG MANUSIA
Tahap-tahap tumbuh kembang pada manusia adalah sebagai
berikut :
v Neonatus (bayi lahir sampai usia 28 hari)
Dalam tahap neonatus ini bayi memiliki kemungkinan yang
sangat besar tumbuh dan kembang sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh
orang tuanya. Sedangkan perawat membantu orang tua dalam memenuhi kebutuhan
tumbuh kembang bayi yang masih belum diketahui oleh orang tuanya.
v Bayi (1 bulan sampai 1 tahun)
Dalam tahap ini bayi memiliki kemajuan tumbuh kembang
yang sangat pesat. Bayi pada usia 1-3 bulan mulai bisa mengangkat kepala,mengikuti
objek pada mata, melihat dengan tersenyum dll. Bayi pada usia 3-6 bulan mulai
bisa mengangkat kepala 90°, mulai bisa mencari benda-benda yang ada di depan
mata dll. Bayi usia 6-9 bulan mulai bisa duduk tanpa di topang, bisa tengkurap
dan berbalik sendiri bahkan bisa berpartisipasi dalam bertepuk tangan dll. Bayi
usia 9-12 bulan mulai bisa berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan
dtuntun, menirukan suara dll. Perawat disini membantu orang tua dalam
memberikan pengetahuan dalam mengontrol perkembangan lingkungan sekitar bayi
agar pertumbuhan psikologis dan sosialnya bisa berkembang dengan baik.
v Todler (usia 1-3 tahun)
Anak usia toddler ( 1 – 3 th ) mempunyai sistem kontrol
tubuh yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman
dan perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan diluar keluarga terdekat,
mereka mulai berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku/moral secara
simbolis, kemampuan berbahasa yang minimal. Sebagai sumber pelayanan kesehatan,
perawat berkepentingan untuk mengetahui konsep tumbuh kembang anak usia toddler
guna memberikan asuhan keperawatan anak dengan optimal.
v Pra Sekolah (3-6 tahun)
Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia antara
3-6 tahun ( Wong, 2000), anak usia prasekolah memiliki karakteristik tersendiri
dalam segi pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam hal pertumbuhan, secara fisik
anak pada tahun ketiga terjadi penambahan BB 1,8 s/d 2,7 kg dan rata-rata BB
14,6 kg.penambahan TB berkisar antara 7,5 cm dan TB rata-rata 95 cm.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi.
Kecepatan pertumbuhan pada tahun keempat hampir sama dengan tahun sebelumnya.BB mencapai 16,7 kg dan TB 103 cm sehingga TB sudah mencapai dua kali lipat dari TB saat lahir. Frekuensi nadi dan pernafasan turun sedikit demi sedikit. Pertumbuhan pada tahun kelima sampai akhir masa pra sekolah BB rata-rata mencapai 18,7 kg dan TB 110 cm, yang mulai ada perubahan adalah pada gigi yaitu kemungkinan munculnya gigi permanent ssudah dapat terjadi.
v Usia sekolah (6-12 tahun)
Kelompok usia sekolah
sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Perkembangan fisik,
psikososial, mental anak meningkat. Perawat disini membantu memberikan waktu
dan energi agar anak dapat mengejar hoby yang sesuai dengan bakat yang ada
dalam diri anak tersebut.
v Remaja ( 12-18/20 tahun)
Perawat membantu para remaja untuk pengendalian emosi
dan pengendalian koping pada jiwa mereka saat ini dalam menghadapi konflik.
v Dewasa muda (20-40 tahun)
Perawat disini membantu remaja dalam menerima gaya hidup yang mereka
pilih, membantu dalam penyesuaian diri, menerima komitmen dan kompetensi
mereka, dukung perubahan yang penting untuk kesehatan.
v Dewasa menengah (40-65 tahun)
Perawat membantu individu membuat perencanaan sebagai
antisipasi terhadap perubahan hidup, untuk menerima faktor-faktor risiko yang
berhubungan dengan kesehatan dan fokuskan perhatian individu pada kekuatan,
bukan pada kelemahan.
v Dewasa tua
Perawat membantu individu untuk menghadapi kehilangan
(pendengaran, penglihatan, kematian orang tercinta).
2.5 PERKEMBANGAN
PSIKOSEKSUAL
Dalam perkembangan psikoseksual dalam
tumbuh kembang dapat dijelaskan beberapa tahap sebagai berikut :
a)
Tahap oral-sensori
(lahir sampai usia 12 bulan)
Dalam
tahap ini biasanya anak memiliki karakter diantaranya aktivitasnya mulai
melibatkan mulut untuk sumber utama dalam kenyamanan anak, perasaannya mulai
bergantung pada orang lain (dependen), prosedur dalam pemberian makan sebaiknya
memberkan kenyamanan dan keamanan bagi anak.
b)
Tahap anal-muskular
(usia 1-3 tahun / toddler)
Dalam
tahap ini anak biasanya menggunakan rektum dan anus sebagai sumber kenyamanan,
apabila terjadi gangguan pada tahap ini dapat menimbulkan kepribadian
obsesif-kompulsif seperti keras kepala, kikir, kejam dan temperamen.
c)
Tahap falik (3-6 tahun /
pra sekolah)
Tahap ini anak lebih
merasa nyaman pada organ genitalnya, selain itu masturbasi dimulai dan
keinggintahuan tentang seksual. Hambatan yang terjadi pada masa ini menyebabkan
kesulitan dalam identitas seksual dan bermasalah dengan otoritas, ekspresi
malu, dan takut.
d)
Tahap latensi (6-12
tahun / masa sekolah)
Tahap ini anak mulai menggunakan
energinya untuk mulai aktivitas intelektual dan fisik, dalam periode ini
kegiatan seksual tidak muncul, penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri
muncul pada waktu ini.
e)
Genital (13 tahun keatas
/ pubertas atau remaja sampai dewasa)
Tahap ini genital menjadi pusat kesenangan seksual dan
tekanan, produksi horman seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual,
energi ditunjukan untuk mencapai hubungan seksual yang teratur, pada awal fase
ini sering muncuul emosi yang belum matang, kemudian berkembang kemampuan untuk
menerima dan memberi cinta.
2.6 PERKEMBANGAN BIOLOGIS
Teori
biologisme, biasa disebut teori nativisme menekankan pentingnya peranan bakat.
Pendirian biologisme ini dimulai lebniz (1646-1716) yang mengemukakan teori
kontunuitas yang dilanjutkan dengan evoluisionisme. Selanjutnya Haeckel
(1834-1919) seorang ahli biologi Jerman
mengemukakan teori biogenese, yang menyatakan bahwa perkembangan ontogenese
(individu) merupakan rekapitulasi dari filogesenasi.
Wolf menentang teori biogenese dan mengemukakan teori epigenese, yang menyatakan bahwa perkembangan organisme itu tidak ditentukan oleh performansinya, melainkan ada sesuatu yang baru. William Stern mengemukakan teori konvergensi yang berusaha mensitesakan kedua teori tersebut.
Sebagai makhluk kodrati yang kompleks, manusia memiliki inteligensi dan kehendak bebas. Dalam hal perkembangan, pada awalnya manusia berkembang alami sesuai dengan hukum alam. Kemudian perkembangan alami manusia ini menjadi jauh melampui perkembangan makhluk lain melalui intervensi inteligensi dan kebebasannya.
2.7 PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Erik H Erickson mengungkapkan
pendapatnya tentang teori tentang perkembangan psikososial diantaranya :
1) Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan)
Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya pada orang lain,
tetapi selain itu ada segi negatifnya
yaitu tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat,dan bahkan
pengasingan. Pemenuhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat dan
nyaman, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan. Pada saat
kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga, penuh rasa takut, dan
tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang
buruk.
2)
Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) – todler (1-3 tahun)
Gejala positif dari
tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan harga diri, dan negatifnya anak
terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah. Anak mulai mengembangkan
kemandirian dan mulai terbentk kontrol diri. Hal ini harus didukung oleh orang
tua, mungkin apabila dukungan tidak dimiliki maka anak tersebut memiliki
kepribadian yang ragu-ragu.
3) Inisiatif vs merasa bersalah
(initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 tahun)
Anak mulai
mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan dan mulai
mengevaluasi kebiasaan diri sendiri. Disamping itu anak kurang percaya diri,
pesimis, pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadinya.
Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan
dengan orang tua dan anak harus diajari memulai aktivitas tanpa mengganggu
hak-hak orang lain..
4) Industri vs inferior (industry vs
inferiority) -- usia sekolah (6-12 tahun)
Anak mendapatkan
pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta
mengembangkan harga diri melalui pencapaian, anak biasanya terpengaruhi oleh
guru dan sekolah. Anak juga sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri
dari sekolah dan teman sebaya.
5) Identitas vs bingung peran
(identity vs role confusion) -- remaja (12 - 18 tahun)
Teman sebaya memiliki
pengaruh yang sangat besar yang kuat terhadap perilaku anak, anak mengembangkan
penyatuan rasa diri sendiri, kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas
dengan kebingungan peran,sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan
keragu-raguan.
6) Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation) –
dewasa muda (18-25sampai 45tahun)
Individu mengembangkan
kedekatan dan berbagi hubungan dengan
orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksualnya, ketidakpastian individu
mengenai akan mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman, individu tidak
bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri hal ini akan menjadikan
individu meraa sendiri.
7) Generativitas vs stagnasi atau
absorpsi diri – dewasa tengah (45 – 65 tahun)
Absorpsi diri orang
dewasa akan direnungi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian pada dunia di
masa yang akan datang, perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi
kehidupan. Orang dewasa membimbing generasi selanjutnya, mengekspresikan kepada
dunia dimasa yang akan datang.
8) Integritas ego vs putus asa --
dewasa akhir (65 tahun keatas)
Masa
lansia dapat melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan
kematian, pencaian yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan
perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari
ketidakberuntungan.
Selain teori tersebut menurut, diketahui
bahwa gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebabkan
antara lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin
mandiri sebagai orang dewasa, di pihak lain ia masih harus terus mengikuti
kemauan orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua di kalangan anak anak Indonesia lebih
besar lagi, karena memang dikehandaki demikian oleh orang tua.Konflik peran
yang yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan kesulitan lain pada
amasa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan latihan agar anak dapat
mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya
sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat
saat saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang
tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.
2.8 PERKEMBANGAN MORAL
Moral merupakan bagian yang cukup
penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa
mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak
melakukan hal hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau
pandangan masyarakat.Di sisi lain tiadanya moral seringkali dituding sebagai
faktor penyebab meningkatnya kenakalan remaja.
Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat
sendiri punya peran penting dalam pembentukan moral. W.G. Summer (1907), salah
seorang sosiolog, berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang terkendali
disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai
sanksi sanksi tersendiri buat pelanggar pelanggarnya.Bayi berada dalam tahap
perkembangan moral yang oleh Piaget (Hurlock, 1980) disebut moralitas dengan
paksaan (preconventional level) yang merupakan tahap pertama dari tiga tahapan
perkembangan moral.
Menurut
teori Kohlberg (1968) menyatakan bahwa perkembangan moral meliputi beberapa
tahap meliputi :
Tingkat premoral (prekonvensional) : lahir sampai 9 tahun
Anak menyesuaikan
minat diri sendiri dengan aturan, berasumsi bahwa penghargaan atau bantuan akan
diterimanya, kewaspadaan terhadap moral yang bisa diterima secara sosial,
kontrol emosi didapatkan dari luar.
Tingkat moralitas konvensional : 9-13 tahun
Usaha yang dilakukan
untuk memyensngkan orang lain, kontrol emosi didapat dari dalam, anak
menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan dan menghindari kritikan dari
yang berwenang.
Tingkat moralitas pasca konvensional : 13
tahun sampai meninggal
Individu memperoleh nilai moral yang benar, pencapaian nilai moral yang
benar terjadi setelah dicapai formal operasional dan tidak semua orang mencapai
tingkatan ini.
Konsep kunci untuk memahami
perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg, ialah internalisasi (internalization),
yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal
menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.
2.9
PERKEMBANGAN
SPIRITUAL
Sejalan dengan perkembangan social, perkembangan keagamaan mulai
disadari bahwa terdapat aturan-aturan perilaku yang boleh, harus atau terlarang
untuk melakukannya.Perkembangan
spiritual anak sangat bepengaruh sekali dalam tumbuh kembang anak. Agama
sebagai pedoman hidup anak untuk masa yang akan datang. Selain itu, moral
seorang anak juga dapat dibentuk melalui perkembangan spiritual. Anak diberi
pengetahuan adanya kepercayaan terhadap Tuhan YME sesuai dengan kepercayaan
yang dianut orang tua. Karena agama seorang anak itu diturunkan/diwariskan oleh
orang tuanya.
Masa kanak-kanak (sampai tujuh
tahun)
Tanda-tandanya antara lain : sikap
keagamaan resepsif meskipun banyak bertanya, pandangan ke- Tuhanan masih
dipersonifikasikan, penghayatan secara rohaniah masih belum mendalam meskipun
mereka telah melakukan kegiatan ritual.
Masa anak sekolah
Tanda-tandanya antara lain : sikap
keagamaan resepsif tetapi disertai pengertian, pandangan dan faham ke-Tuhanan
diterangkan secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang bersumber
pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan
keagungan-Nya, pengahayatan secara rohaniah makin mendalam dalam melaksanakan
ritual.
Masa remaja (12-18 tahun)
Tanda-tanda masa remaja awal : sikap
negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang beragama secara
hypocrit yang pengakuan dan ucapannya tidak selalu sama dengan perbuatannya,
pandangan dalam hal ke-Tuhanan menjadi kacau karena ia bingung terhadap
berbagai konsep tentang aliran dan paham yang saling bertentangan.
Tanda-tanda masa remaja akhir : sikap
kembali kearah positif dengan
tercapainya kedewasaan intelektual, pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan
dalam konteks agama yang dianut dan dipilih, penghayatan rohaninya kembali
tenang setelah melalui proses identifikasi dan membedakan agama sebagai doktrin
bagi para penganutnya.
Perawat bisa membantu dengan melakukan tindakan memberikan pengetahuan
kepada anak tentang apa yang terbaik bagi kesehatan anak dan keadaan dimana
anak memerlukan dorongan secara spiritual demi kesembuhan penyakitnya. Allah selamanya mendengar bisikan dan
pembicaraan, melihat setiap gerak-geriknya dan mengetahui apa yang dirahasiakan
, memperhatikan khusu', taqwa dan ibadah.
2.10APLIKASI TUMBUH KEMBANG
DENGAN KEPERAWATAN
Dalam
teori perkembangan hanya menjelaskan satu aspek yaitu perawat harus
mengaplikasikan beberapa teori perkembangan yang ada untuk memahami pasien saat
melakukan pengkajian dan implementasi tindakan keperawatan tentang tumbuh
kembang.Perkembangan setiap individu berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya sesuai dengan tingkat perkembangan dirinya sendiri oleh arena itu
perawat tidak boleh membeda-bedakan antara klien yang satu dengan yang lainnya.
Teori-teori
tumbuh kembang dapat bermanfaat dalam dunia keperawatan diantaranya untuk
pengkajian, mengetahui tingkatan perilaku klien dan memberikan intervensi
keperawatan terhadap klien sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Konsep
tumbuh kembang manusia ini dapat dijadikan sebagai dasar dalam mempelajari
konsep tumbuh kembang manusia pada berbagai macam tingkatan usia dan masalah
yand ada dalam masyarakat.
boleh minta daftar pustakanya? untuk tugas akhir saya
BalasHapusboleh tau daftar pustakanya.
BalasHapuspostingannya bagus tetapi akan lebih bagus kalau ada daftar pustakanya
BalasHapusBoleh tau daftar pustaka nya?
BalasHapusBoleh tau daftar pustaka nya?
BalasHapus