ANATOMI FISIOLOGI KELENJAR PARATIROID
Kelenjar paratiroid kecil, kuning kecoklatan
oval, biasanya terletak antara garis lobus posterior dari kelenjar tiroid dan
kapsulnya. Ukurannya kira-kira 6x3x2 mm. Beratnya 50 mg.
Kelenjar paratiroid
terletak pada tiap sisi, superior dan inferior.
Normalnya paratiroid posterior bergeser hanya pada kutub paratiroid posterior,
tapi bisa juga turun bersama timus ke thorax atau pada bifurcation
karotis.
Kelenjar paratiroid superior letaknya lebih
konstan daripada inferior dan biasanya terlihat di tengah garis posterior
kelenjar tiroid walaupun bisa lebih tinggi. Bagian inferior sangat bervariasi
pada beberapa situasi (tergantung perkembangan embriologisnya) dan bias tanpa
selubung fascia tiroid, di bawah arteri tiroid, atau pada kelenjar tiroid dekat
kutub inferior.
Kelenjar ini terdiri dari 4 bentukan kecil
yang berwarna kuning kecoklatan, berbentuk ovoid dan melekat pada baian
posterior dari kelenjar thyroid.
Sepasang dari kelenjar ini menempati kutub
atas dari kelenjar thyroid dan terbungkus oleh fascia yang sama dengan fascia
kelenjar thyroid. Sedang sepasang kelenjar lainnya biasanya menempati kutub bawah
kelenjar thyroid, tetapi letaknya bisa di dalam atau di luar fascia kelenjar
thyroid. Masing-masing kelenjar ini terbungkus oleh kapsul jaringan ikat
kendor yang kaya dengan pembuluh darah, dan kapsul ini memebentuk septa yang
masuk ke dalam kelenjar.
Kelenjar ini tersusun dari 2 macam sel :
1. Chieff cell (principal cell)
Sel ini sudah ada sejak lahir dan akan terus
bertahan, dan merupakan sel yang terbanyak dalam kelenjar ini. Ukuran sel ini
kecil dengan inti di tengah, dan sitoplasma bersifat sedikit asidofilik,
sehingga dengan pewarnaan H.E tampak berwarna merah muda. Tetapi kadang-kadang
ada beberapa sel yang sitoplasmanya lebih pucat karena mengandung banyak
glikogen, tetapi sebaian lain mempunyai sitoplasma lebih gelap karena
glikogennya hanya sedikit. Sel ini mengandung granula yang diduga
menghasilkan parathyroid hormon (parath hormone)
2. Oxyphiel cell
Sel ini timbulny mulai umur sekitar 7 tahun
atau pada saat pubertas. Terdiri dari sel yang ukurannya lebih besar dari chief sel, tersebar
diantara chief cell tersebut dan sitoplasmanya merah muda pucat. Fungsi sel ini
belum diketahui. Pada anak-anak, kelenjar ini penuh dengan sel, tetapi pada keadaan
dewasa akan timbul jaringan lemak di dalam jaringan ikat dan tersebar di antara
sel-sel tersebut.
C. Fisiologi
D. Vascularisasi
Kelenjar paratiroid divaskularisasi oleh a.
tiroid inferior atau dari anastomose antara pembuluh darah superior dan
inferior. Kira2 1/3 kelenjar paratiroid pada orang2 punya 2 atau lebih arteri
paratiroid.
E. Sistem Limfatik
Pembuluh limfe ada banyak dan diasosiasikan dengan kelenjar
tiroid dan tymus.
F.
Innervasi
1.
Symphathetic -- dari ganglia
cervical superior atau middle atau oleh plexus pada fascia lobus posterior.
2.
Aktivitas paratiroid --
dikontrol oleh level Ca dalam darah
G. Sintesis Dan Metabolisme Hormon
Paratiroid (PTH)
Hormon paratiroid (PTH) manusia adalah suatu
polipeptida linear dengan berat molekul 9500 yang mengandung 84 residu asam amino (Gbr. I.3). Strukturnya
sangat mirip dengan PTH sapi dan babi. PTH disintesis sebagai bagian dari suatu
molekul yang lebih besar yang mengandung 115 residu asam amino (prapo-PTH).
Setelah prapo-PTH masuk ke dalam retikulum endoplasma, maka leader sequence
yang terdiri dari 25 residu asam amino dikeluarkan dari terminal N untuk membentuk
polipeptida pro-PTH yang terdiri dari 90 asam amino. Enam residu asam amino
lainnya juga dikeluarkan dari terminal N pro-PTH di apparatus Golgi, dan produk
sekretorik utama chief cells adalah polipeptida PTH yang terdiri dari 84 asam
amino.
Kadar normal PTH utuh dalam plasma adalah
10-55 pg/mL. Waktu paruh PTH kurang dari 20 menit, dan polipeptida yang
disekresikan ini cepat diuraikan oleh sel-sel Kupffer di hati menjadi 2
polipeptida, sebuah fragmen terminal C yang tidak aktif secara biologis dengan
berat molekul 2500.
H. Efek Hormon Paratiroid
PTH bekerja langsung pada tulang untuk
meningkatkan resorpsi tulang dan memobilisasi Ca2+. Selain meningkatkan Ca2+
plasma dan menurunkan fosfat plasma, PTH meningkatkan ekskresi fosfat dalam
urin. Efek fosfaturik ini disebabkan oleh penurunan reabsorpsi fosfat di
tubulus proksimal. PTH juga meningkatkan reabsorpsi Ca2+ di tubulus distal,
walaupun ekskresi Ca2+ biasanya meningkat pada hiperparatiroidisme karena
terjadi peningkatan jumlah yang difiltrasi yang melebihi efek reabsorpsi. PTH
juga meningkatkan pembentukan 1,25 dihidroksikolekalsiferol, metabolit vitamin
D yang secara fisiologis aktif. Hormon ini meningkatkan absorpsi Ca2+ dari
usus, tetapi efek ini tampaknya disebabkan hanya akibat stimulasi pembentukan
1,25 dihidroksikolekalsiferol.
1.
Efek hormon paratiroid terhadap
konsentrasi kalsium dan fosfat dalam cairan ekstraselular
Naiknya konsentrasi kalsium terutama
disebabkan oleh dua efek berikut ini: (1) efek hormon paratiroid yang
menyebabkan terjadinya absorpsi kalsium dan fosfat dari tulang, dan (2) efek
yang cepat dari hormon paratiroid dalam mengurangi ekskresi kalsium oleh
ginjal. Sebaliknya berkurangnya konsentrasi fosfat disebabkan oleh efek yang
sangat kuat dari hormon paratiroid terhadap ginjal dalam menyebabkan timbulnya
ekskresi fosfat dari ginjal secara berlebihan, yang merupakan suatu efek yang
cukup besar untuk mengatasi peningkatan absorpsi fosfat dri tulang.
2. Absorpsi Kalsium dan Fosfat dari tulang yang disebabkan oleh hormon
paratiroid
Hormon paratiroid mempunyai dua efek pada
tulang dalam menimbulkan absorpsi kalsium dan fosfat. Pertama merupakan suatu
tahap cepat yang dimulai dalam waktu beberapa menit dan meningkat secara
progresif dalam beberapa jam. Tahap ini diyakini disebabkan oleh aktivasi
sel-sel tulang yang sudah ada (terutama osteosit) untuk meningkatkan absorpsi
kalsium dan fosfat. Tahap yang kedua adalah tahap yang lebih lambat, dan
membutuhkan waktu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu untuk menjadi
berkembang penuh; fase ini disebabkan oleh adanya proses proliferasi osteoklas,
yang diikuti dengan sangat meningkatnya reabsorpsi osteoklastik pada tulang
sendiri, jadi bukan hanya absorpsi garam fosfat kalsium dari tulang.
a. Fase cepat absorpsi kalsium dan fosfat (osteolisis)
Bila disuntikan sejumlah besar hormon
paratiroid, maka dalam waktu beberapa menit konsentrasi ion kalsium dalam darah
akan meningkat, jauh sebelum setiap sel tulang yang baru dapat terbentuk.
Hormon paratiroid dapat menyebabkan pemindahan garam-garam tulang dari dua
tempat didalam tulang. Dari matriks tulang disekitar osteosit yang terletak didalam
tulangnya sendiri dan disekitar osteoblas yang terletak disepanjang permukaan tulang. Pada
membran sel osteoblas dan osteosit memiliki protein reseptor untuk mengikat
hormon paratiroid. Hormon paratiroid dapan mengaktifkan pompa kalsium dengan
kuat, sehingga menyebabkan pemindahan garam-garam kalsium fosfat dengan cepat
dari kristal tulang amorf yang terletak dekat dengan sel. Hormon paratiroid
diyakini merangsang pompa ini dengan meningkatkan permeabilitas ion kalsium
pada sisi cairan tulang dari membran osteositik, sehingga mempermudah difusi
ion kalsium ke dalam membran sel cairan tulang. Selanjutnya pompa kalsium di
sisi lain dari membran sel memindahkan ion kalsium yang tersisa tadi kedalam
cairan ekstraselular.
b. Fase lambat absorpsi tulang dan pelepasan kalsium dan fofat
(aktivasi osteoklas)
Suatu efek hormon paratiroid yang lebih
banyak dikenal dan yang penjelasannya lebih baik adalah aktivasi hormon
paratiroid terhadap osteoklas. Namun osteoklas sendiri tidak memiliki protein
reseptor membran untuk hormon paratiroid. Sebaliknya diyakini bahwa osteoblas
dan osteosit teraktivasi mengirimkan suatu sinyal sekunder tetapi tidak
dikenali ke osteoklas, menyebabkan osteoklas memulai kerjanya yang biasa, yaitu
melahap tulang dalam waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
Aktivasi sistem osteoklastik terjadi dalam
dua tahap:
a. Aktivasi yang berlangsung dari semua osteoklas yang sudah terbentuk,
b. Pembentukan osteoklas yang baru.
Kelebihan hormon paratiroid selama beberapa hari biasanya
menyebabkan sistem osteoklastik berkembang dengan baik, tetapikarena pengaruh
rangsangan hormon paratiroid yang kuat, pertumbuhan ini berlangsung terus
selama berbulan-bulan. Setelah beberapa bulan, resorpsi osteoklastik tulang
dapat menyebabkan lemahnya tulang dan menyebabkan rangsangan sekunder pada
osteoblas yang mencoba memperbaiki keadaan tulang yang lemah. Oleh karena itu,
efek yang terakhir dari hormon paratiroid yang sebenarnya adalah untuk
meningkatkan aktivitas dari osteoblastik dan osteoklastik. Namun, bahkan pada
tahap akhir, masih terjadi lebih banyak absorpsi tulang daripada pengendapan
tulang dengan adanya kelebihan hormon paratiroid yang terus menerus.
Bila dibandingkan dengan jumlah
total kalsium dalam cairan ekstraselular (yang besarnya kira-kira 1000 kali),
ternyata tulang mengandung banyak sekali kalsium, bahkan bila hormon paratiroid
menyebabkan peningkatan konsentrasi kalsium yang sangat besar dalam cairan
ekstraselular, tidaklah mungkin untuk memperhatikan adanya efek yang
berlangsung dengan segera pada tulang. Pemberian atau sekresi hormon paratiroid
yang diperlama (dalam waktu beberapa bulan atau tahun) akhirnya menyebabkan
absorpsi seluruh tulang yang sangat nyata dengan disertai pembentukan
rongga-rongga yang besar yang terisi dengan osteoklas besar berinti banyak.
3. Efek hormon paratiroid terhadap ekskresi fosfat dan kalsium oleh
ginjal
Pemberian hormon paratiroid menyebabkan
pelepasan fosfat dengan segera dan cepat masuk kedalam urin karena efek dari
hormon paratiroid yng menyebabkan berkurangnya reabsorpsi ion fosfat pada
tubulus proksimal. Hormon paratiroid juga meningkatkan reabsorpsi tubulus terhadap
kalsium pada waktu yang sama dengan berkurangnya reabsorpsi fosfat oleh hormon
paratiroid. Selain itu, hormon ini juga menyebabkan meningkatnya kecepatan
reabsorpsi ion magnesium dan ion hydrogen, sewaktu hormon ini mengurangi
reabsorpsi ion natrium, kalium dan asam amino dengan cara yang sangat mirip
seperti hormon paratiroid mempengaruhi fosfat. Peningkatan absorpsi kalsium
terutama terjadi di bagian akhir tubulus distal, duktus koligentes, dan bagian
awal duktus koligentes.
Bila bukan oleh karena efek hormon paratiroid pada ginjal
yang meningkatkan reabsorpsi kalsium, pelepasan kalsium yang berlangsung terus
menerus pada akhirnya akan menghabiskan mineral tulang ini dari cairan
ekstraselular dan tulang.
4. Efek hormon paratiroid pada absorpsi kalsium dan fosfat dalam usus
Hormon paratiroid sangat berperan dalam
meningktkan absorpsi kalsium dan fosfat dari usus dengan cara meningkatkan
pembentikan 1,25 dihidroksikolekalsiferol dari vitamin D.
5. Efek vitamin D pada tulang serta hubungannya dengan aktivitas hormon
paratiroid
Vitamin D memegang peranan penting pada
absorpsi tulang dan pengendapan tulang. Pemberian vitamin D yang banyak sekali
menyebabkan absorpsitulang yang sangat mirip dengan pemberian hormo paratiroid.
Juga, bila tidak ada vitamin D, maka efek hormon paratiroid dalam menyebabkan
absorpsi tulang sangat berkurang atau malahan dihambat. Mekanisme kerja vitamin
D ini belum diketahui, tetapi diyakini merupakan hasil dari efek 1,25
dihidroksikalsiferol (yang merupakan produk utama dari vitamin D) dalam
meningkatkan pengangkutan kalsium melewati membran sel.
Vitamin D dalam jumlah yang lebih kecil meningkatkan kalsifikasi tulang. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk meningkatkan kalsifikasi adalah dengan cara meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari usus. Akan tetapi, bahkan bila tidak ada peningkatan, absorpsi akan tetap meningkatkan proses mineralisasi tulang. Sekali lagi, mekanisme terjadinya efek ini tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kemampuan 1,25 dihidroksikolekalsiferol untuk menyebabkan timbulnya pengangkutan ion kalsium melewati membran sel.
Vitamin D dalam jumlah yang lebih kecil meningkatkan kalsifikasi tulang. Salah satu cara yang dapat dipakai untuk meningkatkan kalsifikasi adalah dengan cara meningkatkan absorpsi kalsium dan fosfat dari usus. Akan tetapi, bahkan bila tidak ada peningkatan, absorpsi akan tetap meningkatkan proses mineralisasi tulang. Sekali lagi, mekanisme terjadinya efek ini tidak diketahui, tetapi mungkin disebabkan oleh kemampuan 1,25 dihidroksikolekalsiferol untuk menyebabkan timbulnya pengangkutan ion kalsium melewati membran sel.
Sebagian besar efek hormon paratiroid pada
organ sasarannya diperentarai oleh siklik adenosin monofosfat (cAMP) yang
bekerja sebagai mekanisme second messenger. Dalam waktu beberapa menit setelah
pemberian hormon paratiroid, konsentrasi cAMP di dalam osteosit, osteoklas, dan
sel-sel sasaran lainnya meningkat. Selanjutnya, cAMP mungkin bertanggung jawab
terhadap beberapa fungsi osteoklas seperti sekresi enzim dan asam-asam sehingga
terjadi reabsorpsi tulang, pembentukan 1,25 dihidroksikolekalsiferol di dalam
ginjal dan sebagainya. Mungkin masih ada efek-efek langsung lain dari hormon
paratiroid yang efeknya tidak bergantung pada mekanisme second messenger.
6. Efek terhadap ion kalsium
Pengaturan sekresi paratiroid oleh
konsentrasi ion kalsium
Bahkan penurunan konsentrasi ion kalsium yang paling sedikit pun dalam cairan ekstraselular akan menyebabkan kelenjar paratiroid meningkatkan kecepatan sekresinya dalam waktu beberapa menit bila penurunan konsentrasi ion kalsium menetap, kelenjar paratiroid akan menjadi hipertrofi, sering lim kali atau lebih. Contohnya, kelenjar paratiroid akan menjadi sangat besar pada Rikets, dimana kadar kalsium biasanya hanya tertekan sedikit juga, kelenjar akan menjadi sangat besar saat hamil, walaupun penurunan konsentrasi ion kalsium pada cairan ekstraselular ibu sangat sulit diukur; dan kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium digunakan untuk pembentukan air susu ibu. Sebaliknya, setiap keadaan yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium diatas nilai normal akan menyebabkan berkurangnya aktivitas dan ukuran kelenjar paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi :
Bahkan penurunan konsentrasi ion kalsium yang paling sedikit pun dalam cairan ekstraselular akan menyebabkan kelenjar paratiroid meningkatkan kecepatan sekresinya dalam waktu beberapa menit bila penurunan konsentrasi ion kalsium menetap, kelenjar paratiroid akan menjadi hipertrofi, sering lim kali atau lebih. Contohnya, kelenjar paratiroid akan menjadi sangat besar pada Rikets, dimana kadar kalsium biasanya hanya tertekan sedikit juga, kelenjar akan menjadi sangat besar saat hamil, walaupun penurunan konsentrasi ion kalsium pada cairan ekstraselular ibu sangat sulit diukur; dan kelenjar sangat membesar selama laktasi karena kalsium digunakan untuk pembentukan air susu ibu. Sebaliknya, setiap keadaan yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium diatas nilai normal akan menyebabkan berkurangnya aktivitas dan ukuran kelenjar paratiroid. Beberapa keadaan tersebut meliputi :
a. Jumlah kalsium yang berlebihan dalam diet
b. Meningkatnya vitamin D dalam diet
c. Absorpsi tulang yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda
dengan hormon paratiroid (contohnya absorpsi tulang yang disebabkan oleh tidak
digunakannya tulang itu).
I.
Kontrol dari hormon Paratiroid
Sekresi dari hormon paratiroid tergantung
dari suatu negative feed-back mechanism yang diatur oleh kadar ion kalsium
dalam plasma. Juga ada hormon lain yang ikut mengatur kadar kalsium dalam serum
yaitu calcitonin atau thyrocalcitonin. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar tiroid.
Beberapa observasi menunjukan bahwa ada
hubungan antara paratiroid dengan kelenjar-kelenjar endokrin lain. Umpamanya
pernah didapat hiperplasia kelenjar paratiroid pada akromegali, sindrom
Cushing, dan penyakit Addison. Hipofisektomi (pada binatang) menyebabkan
involutiodari kelenjar-kelenjar paratiroid, sedangkan pemberian hormon
pertumbuhan (GH), adrenokortikotropin (ACTH), ekstrak lobus anterior hipofisis
dan steroid-steroid adrenal mengakibatkan hiperplasia dari kelenjar-kelenjar
paratiroid. Tetapi mungkin pula bahwa perubahan kelenjar-kelenjar paratiroid
adalah sekunder akibat perubahan kadar fosfat dalam serum yang disebabkan oleh
hormon-hormon tersebut.
Hiperplasia dari kelenjar-kelenjar
paratiroid terdapat dalam keadaan-keadaan dimana ada tendens dari ion kalsium
untuk menurun, umpamanya pada penyakit Rachitis (atau Osteomalacia), kehamilan,
hilangnya kalsium dalam darah dan insufisiensi ginjal yang disertai retensi
fosfor.
J.
Pemeriksaan Laboratorium
Menentukan jumlah hormon paratiroid
dalamdarah dukar sekali. Karena itu aktivitas dari paratiroid dihitung dengn
memeriksa perubahan-perubahan metabolisme dari zat-zat yang dipengaruhinya,
yang terpenting adalah kalsium, fosfat dan fosfatase alakali.
1.
Percobaan Sulkowitch
Dengan memakai reagens dari Sulkowitch kita
dapat memeriksa apakah jumlah kalsium dalam urin berubah. Pemeriksaan kuantitas
ini penting untuk mengevaluasi sekresi kalsium oleh urin dan dengan demikian
aktivitas dari paratiroid.
Jika pada percobaan Sulkowitch:
a.
Tidak terdapat endapan maka
kadar kalsium dalam plasma diperkirakan antara 5-7,5 mgr%.
b.
Endapan yang sedikit
(menyerupai fine white cloud) menunjukan bahwa kadar kalsium dalam darah
normal.
c.
Endapan yang banyak menunjukan
adanya hiperkalsemia.
2.
Percobaan Ellsworth-Howard
Percobaan ini berdasarkan diuresis fosfor
yang dipengaruhi oleh hormon paratiroid (baik yang endogen maupun yang eksogen)
serta mekanisme reabsorpsi fosfor dalam tubuli ginjal. Pada percobaan ini hormon
paratiroid disuntikan intravena dan kemudian diperiksa diuresis fosfat.
Evaluasi adalah sebagai berikut :
a.
Hipoparatiroidisme :
Diuresis fosfat bertambah sampai 5-6 kali
biasa.
b. Pseudohipoparatiroidisme :
Diuresis fosfat bertambah hanya sedikit,
paling banyak sampai 2 kali biasa. Ini disebabkan karena tubuli ginjal
refrakter terhadap hormon paratiroid.
c. Hiperparatiroidisme :
Diuresis fosfat tidak nyata bertambah.
3. Percobaan kalsium intravena
Berdasarkan anggapan bahwa bertambahnya
kadar kalsium serum mensupresi pembuatan hormon paratiroid. Evaluasi adalah
sebagai berikut :
a.
Normal :
Kalsium serum meninggi dan diuresis kalsium
berkurang.
b. Hipoparatiroidisme :
Kalsium serum hampir tidak berubah tetapi
diuresis kalsium bertambah.
c. Hiperparatiroidisme :
Kalsium seru dan diuresis kalsium tidak
berubah.
4. Indeks aktivitas paratiroid
Prinsip indeks ini berdasarkan reabsorpsi
tubuler dari fosfat anorganik yang diatur oleh hormon paratiroid. Karena itu
rasio reabsorpsi tubuler dan filtrasi glomerulus dari fosfat akan menghasilkan
suatu indeks dari aktivitas paratiroid. Evaluasi :
a. Normal :
Indeks antara 0,5-0,75
b. Hipoparatiroidisme :
Indeks = -1
c. Hiperparatiroidisme :
Indeks = 0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar