Pengertian
Penyakit parkinson
merupakan suatu gangguan neurologis progresif yang mengenai pusat otak yang
bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang
muncul berupa bradikinesia ( perlambatan gerakan) tremor dan kekuan otot(
smeltzer dan bare,2002).
Penyakit Parkinson adalah suatu
penyakit degeneratif pada sistem saraf, yang ditandai dengan adanya tremor pada saat
beristirahat, kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot. Parkinson menyerang
sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 Tahun dan sekitar 1 dari 100orang yang
berusia diatas 65 tahun. (http://askep-askeb.cz.cc/2010/01/penyakit-parkinson.html)
Penyakit parkinson
adalah gangguan otak progresif yang ditandai dengan kehilangan neuron diarea
otak tengah yang dikenal sebagai substansia nigra. Nuron ini menggunakan
dopamin sebagia neurotransmiter dan menonjolkan aksonnya ketalamus dan area
kaudatus dan putamn ganglia basalis. Penyakit parkinson terjadi ketika sekitar
80% sel yang membentuk substansia nigra hilang, ada juga penurunan reseptor
dopamine di ganglia basalis. Awitan penyakit biasanya terjadi pada dekade ke
enam atau ketujuh kehidupan. Penyakit ini adalah penyakit neurodegeneratif yang
paling sering kedua pada individu dewasa. Walaupun ada sedikit pengaruh genetik
pada perkembangan penyakit parkinson, tampak sangat terbatas pada penyakit
awitan dini (sebelum usia 50 tahun).( Corwin, Elizabeth J. 2009)
Parkinson Disease (PD) merupakan
suatu kelainan neurologi yang bersifat kronik progresif, ditandai dengan adanya
kelainan dari segi fungsi motorik dan non-motorik dalam berbagai derajat (kronik
progresif movement disorder) secara neuropatologi Parkinson disease ditandai oleh berkurangnya
neuromelanin yang mengandung neuron dopaminergik di substansia nigra pars
kompakta, dengan terdapatnya eosinofil, intracytoplasmik, inklusi protein, yang
disebut sebagai “Lewy bodies”. Sel-sel yang masih ada akan tampak menciut dan
bervakuola.Dalam
sejarah terdahulu, Parkinson disease (PD) didefinisikan sebagai kelainan
neurologi yang diyakini lebih mengenai fungsi motorik. Namun pada saat ini,
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, PD lebih dikaitkan pada
terdapatnya defisit fungsi kognitif, dimana demensia merupakan defisit kognitif
yang paling sering dijumpai. (Jankovic J. Parkinson’s disease: clinical featutes and diagnosis. J
Neurol Neurosurg Psychiatry 2008).
2.2 Klasifikasi
·
Primer/ idiopatik :
ü Penyebab tidak diketahui
ü Sebagian besar merupakan penyakit parkinson
ü Ada peran toksin yang berasal dari lingkungan
ü Ada faktor genetik,bersifat sporadis
·
Sekunder atau
akusita :
ü Timbul setelah terpajan suatu penyakit/ zat
ü Infeksi dan pasca infeksi otak (ensefalitis)
ü Terpapar kronis oleh toksin seperti 1- methyl-4
penhyil-1,2,3,6-tetrahydrophydine (MPTP), MN (mangan), CO ( karbon monoksida),
sianida, dan lain-lain.
ü Efek samping obat penghambat reseptor dopamine (sebagian
besar obat anti psikotik) dan obat yang menurunkan cadangan dopamine (reserpin)
ü Pasca strok (vaskular)
ü Lain-lain : hipotyroid,hipoparatiroid, tumor/ trauma
otak,hydrosefalus bertekanan normal.
·
Sindrom parkinson
plus
Gejala
parkinson timbul bersama gejala neurologi lain seperti :
Proggresive
supraneural palsy, multiple system athropy, cortical- basal ganglionic
degeneration, parkinson- dementia-ALS complex of guam, progresive palidal
athropy , diffuse lewy body desease (DLBD).
Kelainan
degeneratif diturunkan (heredodegenerative disorders)
Gejala
parkinsonism menyertai penyakit-penyakit yang diduga berhubungan dengan
penyakit neurologi lain yang faktor keturunan memegang peran sebagai etiologi,
seperti : penyakit alzheimer, penyakit wilson, penyakit hutington, demensia
frontotemporal pad kromosom 17q21, x- linked dystonia parkinsonsm( di filipina
disebut lubag).
2.3 Epidemiologi
Parkinson disease tersebar luas
diseluruh dunia, dapat mengenai seluruh ras, baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang hampir sama, dan kecenderungan penyakit pada pria. Prevalensi
meningkat secara tajam pada kisaran usia 65 hingga 90 tahun; kurang lebih 0,3%
dari seluruh populasi dan 3% manusia dengan usia diatas 65 tahun terkena
Parkinson disease. 5-10% pasien PD, memiliki gejala pada usia kurang dari 40
tahun (varietas ini diklasifikasikan sebagai “young-onset Parkinson’s disease”
atau PD yang terjadi pada usia muda). Insidensi terendah terdapat pada populasi
Asia dan kulit hitam Afrika. Sedangkan insidensi tertinggi didapatkan pada kaum
kulit putih. Kulit hitam Afrika memiliki insidensi yang lebih rendah
dibandingkan kulit hitam Amerika; meskipun demikian prevalensi terdapatnya Lewy
bodies dalam jaringan otak ras Nigeria, tampak sama dengan populasi ras kulit
putih Amerika. Pola ini memberikan kecenderungan bahwa perkembangan Parkinson’s
disease adalah global dan menyeluruh, namun faktor lingkungan memiliki peranan
penting dalam menimbulkan penyakit ini.
Secara umum lingkungan pedesaan
-walaupun tidak selalu- memiliki keterkaitan tersendiri terhadap peningkatan
resiko terjadinya PD. Ada berbagai macam faktor yang mendukung hal tersebut,
seperti pemakaian herbisida atau pestisida dan paparan terhadap air sumur.
2.4 Etiologi
Kebanyakan orang-orang dengan
penyakit Parkinson tidak mempunyai penyebab spesifik. Namun beberapa
diantaranya dapat disebabkan karena keturunan, toksin/ racun, trauma kepala, dan penyakit
Parkinson
drug-incuded.
1)
Keturunan
Di tahun terakhir, sejumlah mutasi
genetic yang spesifik penyebab penyakit Parkinson telah ditemukan, termasuk
dalam populasi tertentu ( Contursi, Italia) dan terdapat dalam suatu kasus
minoritas penyakit Parkinson. Seseorang yang mederita penyakit Parkinson
kemungkinan mempunyai keluarga yang juga mempunyai penyakit Parkinson. Namun
bagaimanapun juga, hal ini tidak berarti bahwa penyakit tersebut telah
diteruskan secara genetic.
2)
Toksin
/ Racun
Suatu teori menyebutkan bahwa
penyakit bisa mengakibatkan banyak orang mudah terluka yang diakibatkan oleh
toksin dan lingkungan. Hipotesis ini berkonsisten dengan fakta bahwa Penyakit
parkinson tidakl tersebar secara homogen ke seluruh populasi, melainkan,
timbulnya nya bervariasi secara geografis. Timbulnya variasi juga
disebabkan oleh waktu.
Racun yang disuga sangat kuat saat
ini yaitu pestisida dan transition-series logam seperti mangan atau besi,
terutama yang menghasilkan species reaktif oksigen dan dapat mengikat
neuromelanin, seperti yang disarankan oleh G.C Cotzias. MPPT yang digunakan
sebagai contoh untuk penyakit Parkinson yang dengan cepat mempengaruhi gehjala
Parkinson dimanusia dan binatang lain. Racunnya kemungkinan datang dari
generasi species reaktif oksigen yang diturunkan.
3)
Kepala
terluka / Trauma Kepala
Kepala yang dulu pernah terluka dan
sering di keluhkan oleh penderita kemungkinan untuk terjadinya penyakit
Parkinson lebih besar dibandingkan dengan mereka yang belum pernah menderita
luka di kepala secara serius. Resiko terkenanya penyakit Parkinson meningkat 8
kali lipat untuk pasien yang pernah di opname karena luka di kepala yang
serius.
Jauh didalam otak ada
sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak memerintahkan
suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia
basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh.
Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang
akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri.
Keseluruhan sinyal tersebut
diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik disepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang
utama pada ganglia basalis adalah dopamin.
Pada penyakit Parkinson, sel-sel
saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin
berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit.
Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak
diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegang peran utama, meskipun
penyakit ini cenderung diturunkan.
Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa
kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis
karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus
lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun
mempengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti
psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia
menghambat kerja dopamine pada sel saraf.
2.5 Patofisiologi
Pada kebanyakan klien,penyebab
penyakit tersebut tidak diketahui,tetapi terlihat pada usia lanjut.kondisi ini
menyertai keracunan, toksisitas ( mangan,karbon monoksida ) hipoksia atau dapat
akibat pengaruh obat.krisis oligurik:menyertai parkinsonisme jenis spasme
otot-otot konjunggas mata.
Secara umum dapt
dikatakan bahwa penyakit parkinson terjadi karena penurunan kadar do phamine
akibat keatian neuron di subtansia nigra pars compacta (SNc) sebesar 40- 50% yang disertai denan inklusi
simptoplasmik eosinofilik (lewy bodies) dengan penyebab multi faktor.
Substansia nigra
(sering disebut sebagai black subtance), adalah sebagai regio kecil diotak (brain stem)
yang terletak sedikit diatas medulla spinallis. Bagian ini menjadi pusat
kontrol atau koordinasi dari seluruh pergerakan. Sel selnya menghasilkan
neurotransmitter yang disebut dopamin, yang berfungsi untuk mengatur seluruh
pergerakan otot dan keseimbangan badan Yang dilakukan oleh system syaraf pusat.
Dopamin diperlukan untuk komunikasi elektrokimia antar sel sel neuron diotak
terutama dalam mengatur pergerakan, keseimbangan dan reflek postural , serta
kelancaran komunikasi, pada penyakit parkinson, sel sel neuron (SNc) mengalami
degenerasi, sehingga produksi dopamin menurun, akibatnya semua fungsi neuron di
sistem syaraf puasat menurun dan menghasilkan kelambanan gerak (bradikinesia),
kelambana bicara dan berpikir (bradifrenia), tremor dan kekakuan (rigiditas).
Hipotesis terbaru
proses patologi yang mendasari proses degenerasi neuron SNc adalah stres oksidatif.
Stres oksidatif menyebabkan terbebtuknya formasi oksiradikal, seperti dopamin
quinon yang dapat bereaksi dengan alfa sinuklein( disebut protofibrils).
Farmasi ini menumpuk, tidak dapat digradasi oleh ubiqutiin-poteasomal
patth-way, sehingga menyebabkan kemmatian sel sel SNc.
v Mekanisme patogenik lain yang perlu dipertimbangkan
antara lain :
·
Efek lain dari
stres adalah terjadinya antar aoksiradikal dengan nitric- oxide(NO) Yang
menghasilkan peroxynitric radical
·
Kerusakan
metokondria sebagai akibat penurunan produksi adenosin trifosfat (ATP) dan
akumulasi elektro – elektron yang memperburuk stress oksidatif, ahirnya
menghasilkan peningkatan apoptosis dan kematian sel
·
Perubahan akibat
proses inflamasi di sel nigra, memproduksi sitokin yang memicu apoptosis sel –
sel SNc.
2.6 Gejala
Penyakit Parkinson dimulai secara
samar-samar dan berkembang secara perlahan. Pada banyak penderita,
pada mulanya Parkinson muncul sebagai tremor (gemetar) tangan ketika sedang beristirahat,
tremor akan berkurang jika tangan digerakkan secara sengaja dan menghilang selama tidur. Stres
emosional atau kelelahan bisa memperberat tremor.
Pada awalnya tremor terjadi pada satu
tangan, akhirnya akan mengenai tangan lainnya, lengan dan tungkai. Tremor juga akan
mengenai rahang, lidah, kening dan kelopak mata. Pada sepertiga penderita,
tremor bukan merupakan gejala awal; pada penderita lainnya tremor semakin
berkurang sejalan dengan berkembangnya penyakit dan sisanya tidak pernah mengalami tremor. Penderita
mengalami kesulitan dalam memulai suatu pergerakan dan terjadi kekakuan otot.
Jika lengan bawah ditekuk ke belakang atau diluruskan oleh orang lain, maka
gerakannya terasa kaku. Kekakuan dan imobilitas bisa menyebabkan sakit
otot dan kelelahan. Kekakuan dan kesulitan dalam memulai suatu pergerakan bisa
menyebabkan berbagai kesulitan. Otot-otot kecil di tangan seringkali mengalami
gangguan, sehingga pekerjaan sehari -hari (misalnya mengancingkan baju dan
mengikat tali sepatu) semakin sulit dilakukan.
Penderita mengalami kesulitan dalam
melangkah dan seringkali berjalan tertatih-tatih dimana lengannya tidak berayun
sesuai dengan langkahnya. Jika penderita sudah mulai berjalan, mereka mengalami
kesulitan untuk berhenti atau berbalik. Langkahnya bertambah cepat sehingga
mendorong mereka untuk berlari kecil supaya tidak terjatuh. Sikap tubuhnya
menjadi bungkuk dan sulit mempertahankan keseimbangan sehingga cenderung jatuh
kedepan atau ke belakang. Wajah penderita menjadi kurang ekspresif
karena otot-otot wajah untuk membentuk ekspresi tidak bergerak. Kadang berkurangnya
ekspresi wajah ini disalah artikan sebagai depresi, walaupun memang
banyak penderita Parkinson yang akhirnya mengalami depresi. Pandangan tampak
kosong dengan mulut terbuka dan matanya jarang mengedip. Penderita seringkali
ileran atau tersedak karena kekakuan pada otot wajah dan tenggorokan
menyebabkan kesulitan menelan. Penderita berbicara sangat pelan dan tanpa aksen
(monoton) dan menjadi gagap karena mengalami kesulitan dalam mengartikulasikan
fikirannya. Sebagian besar penderita memiliki intelektual yang normal, tetapi ada juga yang menjadi pikun.
2.7 Manifestasi Klinis
Penyakit
Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut :
- Bradikinesia (pergerakan lambat),
hilang secara spontan
- Tremor yang menetap pada kepala dan tangan
- Tindakan dan pergerakan yang tidak
terkontrol
- Gangguan saraf otonom (sulit
tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik)
- Depresi, demensia
- Wajah seperti topeng
- Kepala
membungkuk kedepan
- Cara berjalan
dengan kaki terseret dan seperti didorong
- Berdiri kaku
- Hilangnya reflek
postural
- Kehilangan berat
badan
- Mengeluarkan air
liur
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk
mengetahui gangguan.
·
CT-scans
·
MRI
2.9 Komplikasi
Komplikasi terbanyak dan tersering
dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.
2.10 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
- Antikolinergik untuk mengurangi transmisi
kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.
- Levodopa, merupakan prekursor
dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk
membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
- Bromokiptin, agonis dopamine yang
mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
- Amantidin yang dapat meningkatkan
pecahan dopamine di dalam otak.
- Menggunakan monoamine oksidase
inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan
kebutuhan terapi levodopa.
2.11 Obat-obatan untuk Mengobati Penyakit Parkinson
Obat
|
Aturan Pemakaian
|
Keterangan
|
Merupakan pengobatan utama untuk
Parkinson
Diberikan bersama karbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya Mulai dengan dosis rendah, yg selanjutnya ditingkatkan sampai efek terbesar diperoleh |
Setelah beberapa tahun digunakan,
efektivitasnya bisa berkurang
|
|
Jarang diberikan sendiri
|
||
Seleglin
|
Seringkali diberikan sebagai
tambahan pada pemakaian levodopa
|
|
Obat antikolinergik (benztropin
& triheksifenidil), obat anti depresi tertentu, antihistamin
(difenhidramin)
|
Bisa menimbulkan beberapa efek
samping
|
|
Amantadin
|
Digunakan pada stadium awal untuk
penyakit yg ringan
Pada stadium lanjut diberikan untuk meningkatkan efek levodopa |
Bisa menjadi tidak efektif setelah
beberap bulan digunakan sendiri
|
2.12 Terapi Obat
1.
Levodopa (L-dopa)
Banyak dokter menunda pengobatan
simtomatis dengan levodopa sampai memang dibutuhkan. Bila gejala pasien masih
ringan dan tidak mengganggu, sebaiknya terapi dengan levodopa jangan dilakukan.
Hal ini mengingat bahwa efektifitas levodopa berkaitan dengan lama waktu
pemakaiannya. Levodopa melintasi sawar-darah-otak dan memasuki susunan saraf
pusat. Disini ia mengalami perubahan ensimatik menjadi dopamine. Dopamin
menghambat aktifitas neuron di ganglia basal. Efek samping levodopa Efek
sampingnya dapat berupa:
a.
Neusea, muntah,
distress abdominal
b.
Hipotensi postural
c.
Sesekali akan
didapatkan aritmia jantung, terutama pada penderita yang berusia lanjut. Efek
ini diakibatkan oleh efek beta-adrenergik dopamine pada system konduksi
jantung. Ini bias diatasi dengan obat beta blocker seperti propanolol.
d.
Diskinesia. Diskinesia
yang paling serin ditemukan melibatkan anggota gerak, leher atau muka.
Diskinesia sering terjadi pada penderita yang berespon baik terhadap terapi
levodopa. Beberapa penderita menunjukkan gejala on-off yang sangat mengganggu
karena penderita tidak tahu kapan gerakannya mendadak menjadi terhenti,
membeku, sulit. Jadi gerakannya terinterupsi sejenak.
e.
Abnormalitas
laboratorium. Granulositopenia, fungsi hati abnormal dan ureum darah yang
meningkat merupakan komplikasi yang jarang terjadi pada terapi levodopa.
2. Inhibitor dopa dekarboksilasi dan levodopa Untuk mencegah agar
levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka levodopa
dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase.
Untuk maksud ini dapat digunakan
karbidopa atau benserazide (madopar ). Dopamin dan karbidopa tidak dapat
menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih banyak levodopa yang dapat
menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian dikonversi menjadi dopamine di otak. Efek
sampingnya umunya hamper sama dengan efek samping yang ditimbulkan oleh
levodopa.
3. Bromokriptin
Bromokriptin adalah agonis dopamine,
obat yang langsung menstimulasi reseptor dopamine, diciptakan untuk
mengatasi beberapa kekurangan levodopa. Efek samping dari bromokriptin sama
dengan efek samping levodopa. Obat ini diindikasikan jika terapi dengan levodopa
atau karbidopa tidak atau kurang berhasil, atau bila terjadi diskinesia atau
on-off.
Penelitian jangka panjang menunjukkan
bahwa efek baik dari bromokroptin akan menurun. Masih belum jelas apakah
penurunan ini disebabkan karena usia lanjut atau karena adanya toleransi
terhadap obat.
1.
Obat antikolinergik
Obat ini akan menghambat sistem
kolinergik di ganglia basal. Berkurangnya input inhibisi mengakibatkan
aktifitas yang berlebihan pada system kolinergik.Pada penderita Parkinson yang
ringan dengan gangguan ringan antikolinergik paling efektif. Obat antikolinergik
mempunyai efek samping bila dimakan bersama dengan levodopa. Mulut kering,
konstipasi dan retensio urin merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada
penggunaan obat antikolinergik. Gangguan memori, ganggua pertimbangan dapat
terjadi, demikian juga halusinasi pada penggunaan obat ini.
2. Antihistamin
Cara kerja obat antihistamin pada
penyakit Parkinson belum terungkap. Sebagian besar dari obat ini mempunyai
sifat antikolinergik ringan yang mungkin mendasari kasiatnya pada Parkinson. Antihistamin
berguna untuk mengontrol tremor. Pada stadium dini, obat ini digunakan tunggal,
bila penyakit Parkinson sudah lanjut obat ini digunakan sebagai tambahan pada
levodopa atau bromokriptin.
3. Amantadin
Amantadin barangkali membebaskan sisa
dopamine dari simpanan presinaptik di jalur nigrostriatal. Obat ini
dapat memberikan perbaikan lebih lanjut pada penderita yang tidak dapat
mentolerasi dosis levodopa atau bromokriptin yang tinggi. Efek samping Edeme di
ekstremitas bawah, insomnia, mimpi buruk,. Jarang dijumpai
hipotensi postural, retensio urin, gagal
jantung.
4. Selegiline ( suatu inhibitor MAO jenis B ) Inhibitor MAO diduga
berguna pada penyakit Parkinson karena neuotransmisi dopamine dapat
ditingkatkan dengan mencegah perusakannya. Selegiline dapat pula memperlambat
memburuknya sindrom Parkinson, dengan demikian terapi levodopa dapat
ditangguhkan selama beberapa waktu.
Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson
akan merasa efek baik dari terapi fisik. Pasien akan termotifasi sehingga
terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan petunjuk atau latihan
contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada penyakit Parkinson
merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas,
tremor dan hambatan lainnya.
Terapi Suara
Perawatan yanG paling besar untuk
“kekacauan suara” yang diakibatkan oleh penyakit Parkinson adalah dengan Lee Silverman
Voice Treatment ( LSVT). LSVT focus untuk meningkatkan volume suara. Suatu
studi menemukan bahwa alat elektronik yang menyediakan umpan balik indera
pendengar atau frequency auditory feedback (FAF) untuk meningkatkan kejernihan
suara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar