2.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah
penyakit metabolik yang kebanyakan herediter, dengan tanda–tanda
hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala
klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari kuranganya insulin efektif di
dalam tubuh, gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat yang biasanya
disertai juga gangguan metabolisme lemak dan protein. (Askandar, 2000).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003).
Diabetes melitus adalah penyakit
dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar
gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula
sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI, 2001).
Diabetes mellitus adalah penyakit
yang sering dijumpai sebagai akibat dari defisiensi insulin atau penurunan
efektivitas insulin (Brooker, 2001).
2.2 Anatomi Fisiologi Kelenjar Pankreas
Pankreas merupakan sekumpulan
kelenjar yang panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari
duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang
lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin
terbesar yang terdapat di dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala)
kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian
pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini
merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang
berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan
utama, yaitu:
1. Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2. Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar,
tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau-pulau Langerhans yang menjadi sistem
endokrinologis dari pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total
pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda.
Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 μ, sedangkan yang terbesar 300 μ,
terbanyak adalah yang besarnya 100-225 μ. Jumlah semua pulau langerhans di pancreas diperkirakan
antara 1-2
juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung
tiga jenis sel utama, yaitu:
1. Sel-sel A (alpha)
Jumlahnya sekitar 20-40 %, memproduksi glikagon yang manjadi faktor
hiperglikemik, suatu hormon yang mempunyai “anti insulin like activity“.
2. Sel-sel B (betha)
Jumlahnya sekitar 60-80 %, membuat insulin.
3. Sel-sel D (delta)
Jumlahnya sekitar 5-15 %, membuat
somatostatin.
Masing-masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan
struktur dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada penderita DM, sel
betha sering ada tetapi
berbeda dengan sel beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi
pewarnaan untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin diibaratkan sebagai anak kunci untuk membuka pintu masuknya
glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel, glukosa itu dimetabolismekan
menjadi tenaga.
Insulin merupakan protein kecil
dengan berat molekul 5808 untuk insulin manusia. Molekul insulin terdiri
dari dua rantai polipeptida yang tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua
rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (perangkai), yang terdiri dari disulfida.
Rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat
larut pada pH 4-7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat
berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta
pankreas dari proinsulin dan di simpan dalam butiran berselaput yang berasal
dari kompleks Golgi. Pengaturan sekresi insulin dipengaruhi efek umpan
balik kadar glukosa darah pada pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat
diatas 100 mg/100ml darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal
atau rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor
lain seperti asam amino, asam lemak, dan hormon gastrointestina
merangsang sekresi insulin dalam derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme
utama insulin untuk meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke
jaringan terutama sel-sel otot, fibroblas dan sel lemak.
2.3 Klasifikasi Diabetes Melitus
Jenis Diabetes Melitus, yaitu:
1.
Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe 1)
Kekerapan DM Tipe 1 (Insulin Dependen Diabetes Melitus) di
negara barat + 10% dari DM Tipe 2. Di negara tropik jauh lebih sedikit
lagi. Gambaran kliniknya biasanya timbul pada masa kanak-kanak dan
puncaknya pada masa akil balig. Tetapi ada juga yang timbul pada masa dewasa.
2.
Diabates Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
DM
Tipe 2 (Non Insulin Dependen Diabetes Melitus) adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari
90%). Timbul makin sering setelah umur 40 dengan catatan pada dekade ketujuh
kekerapan diabetes mencapai 3 sampai 4 kali lebih tinggi daripada rata-rata
orang dewasa.
3.
Diabetes Melitus Tipe Lain
Ada beberapa tipe diabetes yang lain
seperti defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi, sebab
imunologi yang jarang dan sindroma genetik lain yang berkaitan dengan DM.
4.
Diabetes Melitus Gestasional
Diabetes Melitus Gestasional adalah
diabetes yang timbul selama kehamilan. Jenis ini sangat penting diketahui
karena dampaknya pada janin kurang baik bila tidak ditangani dengan benar.
Tabel : Kadar glukosa darah
sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan penyaring
|
Bukan DM
|
Belum pasti DM
|
DM
|
Kadar glukosa
darah sewaktu:
|
<110
<90
|
110 - 199
90 - 19
|
>200
>200
|
Plasma vena
Darah kapiler
|
|||
Kadar glukosa
darah puasa:
|
<110
<90
|
110 - 125
90 - 109
|
>126
>110
|
Plasma vena
Darah kapiler
|
2.4 Etiologi Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang
heterogen, dimana berbagai lesi dapat menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi
determinan genetik biasanya memegang peranan penting pada mayoritas DM.
1. Virus dan Bakteri
Virus penyebab
DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi
sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel.
Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan
hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum
bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan
menyebabkan DM.
2. Bahan
Toksik atau Beracun
Bahan beracun
yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron
(rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah
sianida yang berasal dari singkong.
3. Genetik
atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau
diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi)
memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan
anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan
DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum
laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai
pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
Faktor lain yang dianggap sebagai kemungkinan
etiologi DM yaitu:
a. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
b.
Faktor-faktor lingkungan yang
mengubah fungsi sel beta, antara lain agen yang dapat menimbulkan
infeksi, diet dimana pemasukan karbohidrat dan gula yang diproses secara
berlebihan, obesitas dan kehamilan.
c.
Gangguan sistem imunitas.
Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas yang disertai pembentukan sel-sel antibodi
antipankreatik dan mengakibatkan kerusakan sel-sel penyekresi insulin, kemudian peningkatan
kepekaan sel beta oleh virus.
d.
Kelainan insulin. Pada pasien
obesitas, terjadi gangguan kepekaan jaringan terhadap insulin akibat
kurangnya reseptor insulin yang terdapat pada membran sel yang
responsir terhadap insulin.
2.5 Patofisiologis Diabetes Melitus
Dalam proses metabolisme,insulin
memegang peran yang sangat penting yaitu bertugas memasukkan glukosa ke dalam
sel.Insulin adalah suatu zat yang dikeluarkan oleh sel beta di Pankreas.
1. Patofisiologi DM Tipe 1
Mengapa insulin pada DM Tipe 1 tidak
ada, Ini disebabkan oleh karena
pada jenis ini timbul reaksi otoimun yang disebabkan karena adanya peradangan
pada sel beta insulitis. Ini menyebabkan timbulnya anti bodi terhadap sel beta
yang disebut ICA (Islet Cell Antibody). Reaksi
antigen (sel beta) dengan antibodi (ICA) yang ditimbulkannya menyebabkan hancurnya sel beta.
2. Patofisiologi DM Tipe 2
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal,
malah mungkin lebih banyak tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan
sel kurang. Reseptor inulin ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke
dalam sel. Pada keadaan tadi jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga
meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena lubang kuncinya
(reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan
kekurangan glukosa dan glukosa di dalam darah akan meningkat. Dengan demikian
keadaan ini sama dengan pada DM Tipe 1.
Perbedaanya adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga kadar insulin
tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.
Faktor-faktor yang banyak berperan
sebagai penyebab resistensi insulin:
a.
Obesitas terutama yang bersifat sentral (bentuk apel)
b.
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
c.
Kurang gerak badan
d.
Faktor keturunan (herediter)
2.6 Gambaran Klinik Diabetes
Melitus
Gejala klasik diabetes adalah rasa
haus yang berlebihan sering kencing terutama malam hari, banyak makan serta
berat badan yang turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan
lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu
sering melahirkan bayi di atas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang sama
sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka mengetahui adanya diabetes karena
pada saat periksa kesehatan diemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus, pada tahap awal sering ditemukan adalah sebagai berikut:
1.
Poliuri
(banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar
glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa
sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2.
Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu
banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi
klien lebih banyak minum.
3.
Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak
sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan
terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut
hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
4.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah,
tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen
yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat
dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada
di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
5.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa-sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
Tabel Perbedaan antara DM Tipe 1 dengan DM Tipe 2
|
DM Tipe 1
|
DM Tipe 2
|
Nama lama
|
DM Juvenil.
|
DM dewasa.
|
Umur (th)
|
Biasa <40 (tapi tak selalu).
|
Biasa >40 (tapi tak selalu).
|
Keadaan klinik saat diagnosis
|
Berat.
|
Ringan.
|
Kadar insulin
|
Tak ada insulin.
|
Insulin cukup/tinggi.
|
Berat badan
|
Biasanya kurus.
|
Biasanya gemuk/normal.
|
Pengobatan
|
Insulin, diet, olahraga.
|
Diet, olahraga, tablet, insulin.
|
2.7 Pemeriksaan penunjang
Diagnosis DM umumnya akan dipikirkan
dengan adanya gejala khas DM berupa poliuria, polidipsia, lemas,dan berat badan
turun. Gejala lain yang mungkin dikemukakan oleh pasien adalah kesemutan,
gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria,serta pruritus dan vulvae
pada pasien wanita. Jika keluhan dan gejala khas, ditemukannya pemeriksaan
glukosa darah sewaktu yang >200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM. Umumnya hasil pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang baru satu kali saja
abnormal belum cukup untuk diagnosis klinis DM.
Kalau hasil pemeriksaan glukosa darah
meragukan, pemeriksaan TTGO diperlukan untuk konfirmasi diagnosis DM. Untuk
diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2
jam setelah beban glukosa. Sekurang-kurangnya diperlukan kadar glukosa pernah 2
kali abnormal untuk konfirmasi diagnosis DM, baik pada 2 pemeriksaan yang
berbeda ataupun adanya 2 hasil abnormal pada saat pemeriksaan yang sama.
Cara pemeriksaan TTGO
1.
Tiga hari sebelumnya makan seperti biasa
2.
Kegiatan jasmani cukup, tidak terlalu banyak
3.
Puasa semalam, selama 10-12 jam
4.
Glukosa darah puasa diperiksa
5.
Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum
selama/dalam waktu 5 menit
6.
Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban
glukosa
7. Selama pemeriksaan, pasien yang
diperiksa tetap istirahat dan tidak
2.8
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah
untuk mengatur glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik.
Jika klien berhasil mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari
hyperglikemia atau hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada
ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi
farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan
makanan yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan
pada penderita diabetes mellitus adalah tiga J (Jumlah, Jadwal dan Jenis
Makanan) yaitu:
q
J 1 : Jumlah kalori sesuai
dengan resep dokter harus dihabiskan.
q
J 2 : Jadwal makanan harus
diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
q
J 3 : Jenis makanan harus
diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderita diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa
bagian antara lain:
1.
Diet A : terdiri dari makanan
yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %.
Indikasi diet A : Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus
pada umumnya.
2.
Diet B : terdiri dari
karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
Indikasi diet B : Diberikan pada penderita diabetes terutama yang:
a.
Kurang tahan lapan dengan
dietnya.
b.
Mempunyai hyperkolestonemia.
c.
Mempunyai penyulit
mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit
jantung koroner.
d.
Mempunyai penyulit
mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati
yang nyata.
e.
Telah menderita diabetes dari
15 tahun
3.
Diet B1 : terdiri dari
karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
Indikasi diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan
diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
a.
Mampu atau kebiasaan makan
tinggi protein tetapi normalip idemia.
b.
Kurus (underweight) dengan
relatif body weight kurang dari 90 %.
c.
Masih muda perlu pertumbuhan.
d.
Mengalami patah tulang.
e.
Hamil dan menyusui.
f.
Menderita hepatitis kronis atau
sirosis hepatitis.
g.
Menderita tuberkulosis paru.
h.
Menderita penyakit graves
(morbus basedou).
i.
Menderita selulitis.
j.
Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan
protein kadar tinggi.
4.
Diet B2 dan B3 diberikan untuk
nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi B2 dan B3
a.
Diet B2: Diberikan pada penderita
nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari
25 ml/mt.
Sifat-sifat
diet B2
q
Tinggi kalori (lebih dari 2000
kalori/hari tetapi mengandung protein kurang.
q
Komposisi sama dengan diet B,
(68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam
amino esensial.
q
Dalam praktek hanya terdapat
diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori/hari. Karena bila tidak maka
jumlah perhari akan berubah.
b.
Diet B3: Diberikan pada penderita
nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang
dari 25 MI/mt
Sifat
diet B3
q
Tinggi kalori (lebih dari 2000
kalori/hari).
q
Rendah protein tinggi asam
amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari.
q
Karena alasan No 2 maka hanya
dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300/hari. (bila tidak akan merubah
jumlah protein).
q
Tinggi karbohidrat dan rendah
lemak.
q
Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan
yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah
makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan
sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB. Untuk meningkatkan
pemahaman maka dilakukan penyuluhan melalui perorangan antara dokter dengan
penderita yang datang. Selain itu juga dilakukan melalui media-media cetak dan
elektronik.
2.9 Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dapat
muncul secara akut dan secara kronik, yaitu timbul beberapa bulan atau beberapa
tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.
1. Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Dua komplikasi
akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma diabetik.
a. Reaksi
Hipoglikemia
Reaksi
hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan
tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya.
Penderita koma hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu
mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse glukosa. Diabetisi yang mengalami
reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya disebabkan
oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau
penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
b. Koma
Diabetik
Berlawanan dengan
koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh
terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul
adalah:
q Nafsu makan menurun
(biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
q Minum banyak, kencing
banyak
q
Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita
menjadi cepat dan dalam, serta berbau aseton
q
Sering disertai panas badan karena biasanya ada
infeksi dan penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
2.
Komplikasi
Kronis Diabetes Mellitus
Komplikasi kronik DM pada dasarnya
terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh bagian tubuh (angiopati diabetik).
Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2:
a.
Makroangiopati (makrovaskular)
b.
Mikroangiopati (mikrovaskular)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar